Rabu, 15 April 2009

Merencanakan Hidup

" Rencanakanlah hidupmu sebaik kamu merencanakan liburanmu " ( motivator Mario Teguh )
Memang mengherankan kebanyakan orang sangat bersemangat menyusun setiap rincian dalam rencana liburan mereka, tetapi tidak menyadari bahwa kehidupan mereka sebetulnya membutuhkan kualitas perencanaan yang setidaknya sebanding. Semua itu terjadi karena kesenangan adalah sebuah kualitas yang lebih mudahterlihat dan dipercaya dari jarak-jarak yang dekat. Sedangkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang dijanjikan untuk mereka yang bersedia menunda kenikmatan adalah bayangan yang terlalu jauh untuk dipercaya. Padahal, menunda kenikmatan adalah biaya yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah kualitas hidup yang lebih tinggi.

Selasa, 14 April 2009

KITA HANYA SEPENTING NILAI KITA BAGI ORANG LAIN

Mudah-mudahan email saya ini mendapati Anda sedang berada dalam kesehatan yang prima dan semangat yang super dalam menikmati waktu istirahat - yang akan menjadikan Anda super ready untuk tantangan-tantangan baru di minggu depan. Kepada semua Super Members yang baru bergabung, saya sampaikan rasa terima kasih yang sangat dalam atas kebaikan Anda untuk menjadikan kebersamaan kita di ruang keluarga ini lebih bernilai. Kami semua sangat diuntungkan oleh kesertaan aktif yang Anda hadiahkan kepada kami di dalam ruang keluarga yang ramah ini, karena tidak ada satu pun dari kita yang bisa disebut bernilai bila dia pandai hanya untuk dirinya sendiri. Kita semua menemukan kehebatan diri kita di dalam pelayanan kepada orang lain. Ingatlah, bahwa kita hanya sepenting nilai kita bagi orang lain. Mudah-mudahan Anda pernah mendengar atau masih ingat pesan saya sebelumnya, bahwa Cara terdekat untuk memperbaiki rizki adalah meningkatkan kualitas kasih sayang di keluarga kita. Hati yang penyayang menjadi lebih damai. Dengannya ia mudah mengenali kebaikan yang sedang dinikmatinya, sehingga mudah baginya untuk mengenali bahwa ia sedang berada dalam kasih sayang alam; dan kegembiraan adalah warna dari hari-harinya. Hati yang penyayang menjadi lebih terbuka. Dengannya ia mudah melihat yang dapat disebabkannya bagi kebaikan orang lain, sehingga mudah baginya untuk menemukan pekerjaan-pekerjaan yang menguntungkan orang lain; dan kesejahteraan adalah hadiah untuknya dari alam. Bila Anda telah berlaku jujur, bekerja keras, melayani kebutuhan orang lain sebagai cara memenuhi kebutuhan Anda dan keluarga, dan melakukannya dengan ikhlas sebagai pelayanan kepada kehidupan - Anda tidak mungkin tidak berbahagia. Tetapi, kita tidak bisa mencegah orang yang tidak ingin melihat dan menyadari kebahagiaannya sendiri - bila itu sudah menjadi pilihannya. Kebahagiaan adalah sebuah kualitas yang meskipun sangat ada - akan sirna dari kesadaran kepemilikan seseorang yang tidak menghargainya. Bila orang merasa kecil dan gagal mencari kebahagiaan; itu bukan karena ia tidak menemukannya, tetapi karena ia tidak berhenti sejenak untuk menikmati yang telah ia miliki. Akhir minggu ini adalah saat yang baik untuk menyediakan sedikit waktu yang tenang bagi pikiran, hati, dan raga Anda yang letih; karena minggu depan adalah minggu yang lebih dinilai. Ingatlah, ia adalah pendekat atau penjauh Anda dari cita-cita Anda - di usia yang telah bertambah satu minggu lagi. Setiap detik, kita semua bergerak - bila kita tidak mendekati, kita menjauhi cita-cita kita. Minggu depan, kita harus lebih bersungguh-sungguh menjadikan diri kita masing-masing - lebih ahli dalam melakukan apa yang kita lakukan untuk menguntungkan orang lain. Mohon Anda sadari bahwa Tuhan mengambil alih tugas menghitung imbalan untuk Anda yang bekerja bagi kebaikan kehidupan orang banyak. Marilah kita menjadi lebih patuh dalam membangun keahlian kita. Dia yang belajar untuk patuh di satu bidang akan mampu memimpin di bidang itu. Orang yang menolak dan memprotes segala sesuatu, tidak akan mampu memimpin apa pun. Dearest Super Members yang masih lebih muda, Saya sangat iri dengan Anda, yang telah membukakan diri kepada pergaulan-pergaulan super, karena pada saat saya dulu masih mencari-cari model bagi pribadi dan jalan pencapaian kecemerlangan karir dan hidup - belum ada komunitas-komunitas yang ramah bagi pencerahan kehidupan bersama - seperti MTSC yang kita cinta ini. Apa pun keraguan Anda untuk masa depan, itu semua akan Anda menangkan bila Anda ikhlas saja menjalani yang baik. Memang tidak mudah, tetapi bila Anda bersedia untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan kami yang lebih tua, Anda akan menikmati yang telah dicapai oleh mereka yang cemerlang - lebih awal daripada mereka. Bila Anda berani, mencintai pekerjaan Anda - dalam mengupayakan keuntungan bagi orang banyak, maka kehidupan surga Anda telah dimulai di kehidupan dunia Anda. -Mario Teguh-

ISTIGHFAR DAN TRAGEDI BELALANG

"Tidaklah dipandang dosa kecil apabila dilakukan terus-menerus dan tidaklah dipandang dosa besar suatu kesalahan yang diikuti dengan istighfar." (Nabi Muhammad Saw)
Sebagai makhluk moral yang dianugerahi akal dan kalbu manusia menduduki posisi mulia di antara makhluk-makhluk lain. Akan tetapi dalam bersikap atau berprilaku, demi kepuasan diri sendiri, seseorang terkadang menempuh cara-cara yang tidak selaras dengan keluhuran akal dan kalbunya dan martabat kemanusiaannya. Antara lain ditunjukkan pada sikapnya dalam memandang kehidupan dan kematian sebagai realitas yang niscaya. Dalam sebuah doa yang diajarkan Nabi Muhammad Saw dilukiskan bahwa kehidupan adalah momentum bagi manusia untuk menghimpun bekal kebaikan buat dirinya sedangkan kematian adalah momentum pembebasan dari segala keburukan. Ironisnya manusia sering tidak proporsional dalam memandang keduanya, bahkan terkadang menempuh sikap yang kontradiktif. Yaitu menjadikan kehidupannya sebagai momentum penghimpunan dosa dan kesia-siaan dan kematiannya tidak menjadi momentum pembebasan bahkan sebagai momentum pembebanan yang sarat dengan keburukan. Bisa jadi cara-cara kontradiktif itu menyebabkan dirinya terjerembab ke dalam posisi hina. Seolah-olah potensi akal, kalbu, dan kebebasannya menjadi tumpul untuk sekedar dapat membedakan dan memilih secara tepat antara yang benar dan yang salah atau antara yang menyelamatkan dan yang mencelakakan. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS, al-A’raf [7]: 179) Kenyataan seperti itu boleh jadi mengindikasikan salah satu kelemahan eksistensialnya, terutama kelemahan biologisnya, yang dinyatakan oleh Sang Penciptanya sendiri. “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS, al-Nisa [4]: 28). Menurut Erich Fromm kelemahan itu antara lain merupakan perwujudan dikotomi-dikotomi eksistensial yang melingkupinya. Dikatakan pula bahwa manusia memiliki kutub positif dan kutub negatif yang mewakili realitas konkret yang mempengaruhi situasi kemanusiaannya. Kelemahan manusia antara lain ditunjukkan pada ketidakmampuannya dalam memenuhi kebutuhan dirinya yang tanpa batas. Hal itu diciptakan dengan sengaja agar ia mengerti dan sadar bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bahwa dunia ini adalah tempat tinggalnya yang sementara. Dalam satu sisi kesadaran itu dapat mencegah dirinya terjerembab ke dalam dominasi sifat tiranik. “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,. karena Dia melihat dirinya serba cukup.” (QS, al-‘Alaq [96]: 6-7). Di sisi lain kesadaran itu dapat pula menumbuhkan kesadaran yang lain bahwa dirinya memiliki peluang untuk berusaha meraih kelebihan derajat pasca kehidupan di dunia ini dan selanjutnya ia bekerja keras mempeoleh penyelesaian baru dan peningkatan kualitas dirinya hingga mencapai martabat tertinggi,yaitu taqwa. Cara-cara kontradiktif yang ditempuh manusia anatara lain ditampakkan dalam persepsi, sikap, dan perbuatannya terhadap sesuatu yang oleh agama dinyatakan sebagai dosa. Manusia dalam menyikapi dosa-dosa, baik dosa besar, apalagi dosa kecil, sangat beragam. Keragaman itu jelas mencerminkan perbedaan dalam mempersepsi sebuah perbuatan dosa serta suasana batin yang membentuknya. Sebagian orang, mempersepsi dosa kecil sebagai dosa yang bisa diremehkan. Bahkan mereka tidak merasa berdosa ketika melakukannya. Akibatnya tidak sedikit di antara mereka yang terus melakukannya tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sebaliknya orang-orang yang telah mencapai kemajuan spiritualnya yang tinggi sangat menghindari segala sesuatu yang berbau dosa bahkan sesuatu yang tidak patut sekalipun. Sesungguhnya persepsi, sikap, dan prilaku seseorang yang meremehkan dosa-dosa kecil mengandung tiga kesalahan. Kesalahan pertama adalah bersifat substansial, yaitu persepsi dan sikapnya terhadap dosa kecil yang seolah-olah bisa diremehkan yang menyebabkan dirinya terus-menurus melakukannya tanpa merasa berdosa. Bukankah ketika kita melakukan dosa pada hakikatnya sedang mengalahgunakan hakikat karunia kebebasan kita sebagai makhluk moral? Kesalahan kedua adalah bersifat normatif, yaitu ketidakpeduliannya kepada siapa dirinya berdosa. Bukankah ketika kita melakukan dosa, sekecil apa pun dosa itu, pada hakikatnya kita sedang melakukan pembangkangan terhadap kehendak Yang Maha Mulia, Maha Agung, dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Kesalahan ketiga adalah bersifat kesejarahan, yaitu membebani perjalanan jauh kita menuju Allah dengan beban sejarah berupa lumuran dosa. Bukankah para malaikat penjaga diberi tugas khusus oleh Allah swt untuk mencatat setiap amal perbuatan, ucapan, bahkan niat yang terbersit dalam hati setiap manusia? "Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, al-Infithar [82]:10-12) - ABU RIDHO -